Mengoptimalkan Seluruh Fungsi Otak untuk Kecerdasan
E. Syukri Ghozali, S.Pd.
Konon
di Indonesia (umumnya), otak masih menjadi raksasa tidur yang belum
banyak dikelola dan hanya sekitar 10% yang difungsikan oleh manusia,
padahal otak merupakan bagian tubuh yang sangat penting bagi
perkembangan hidup seseorang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diciptakan manusia berasal dari olah pikir yang berpusat di otak. Masih
banyak potensi yang dipunyai otak namun belum dikelola oleh manusia
secara maksimal bagi perkembangan hidup. Otak benar-benar benda
spektakuler yang menyediakan komponen anatomis untuk aspek rasional
(IQ), emosional (EQ) dan spiritual (SQ). Artinya bahwa manusia secara
kodrati telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk merespons segala bentuk
dan macam hal yang muncul dari ketiga komponen anatomis tersebut,
berarti pula bahwa otak manusia menjadi kekuatan fisik bagi pengembangan
diri secara keseluruhan.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, aspek rasional (IQ) menjadi momok bagi
sejumlah kalangan, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, pencari kerja
swasta, pemerintahan bahkan bagi orang sukses sekalipun. Takaran IQ
telah menghilangkan kesempatan berkembang dan mengakibatkan kerugian
yang tidak kecil bagi mereka yang memiliki IQ rendah, tetapi memiliki
kecerdasan lain yang dominan, padahal berdasarkan riset dinyatakan bahwa
aspek rasional (IQ) hanya menyumbang 5 – 20 % bagi kesuksesan
seseorang. Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam membangun peluang nuansa
emosional, seperti : empati, motivasi diri, pengendalian diri dan
kerjasama social. Cukup banyak orang yang memiliki IQ di atas rata-rata,
tetapi banyak pula diantara mereka yang tidak berhasil dalam membangun
kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaannya.
Aspek
emosional (EQ) atau kecerdasan antar pribadi merupakan kebutuhan vital
manusia untuk membangun hubungan dengan orang lain, otak manusia
membangun piranti khusus untuk kecerdasan ini. EQ juga merupakan
serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan kehidupan yang penuh liku
dan permasalahan sosial, karena pada aspek ini seseorang memiliki
kemampuan “mendengarkan” bisikan emosi, dan menjadikannya sebagai
sumber informasi penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain.
Banyak peluang bisnis yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala tetapi
mampu melihat dengan mata hati untuk memenuhi kebutuhan dan menolong
orang lain. Sikap-sikap kreatif, konsisten, berani mengambil keputusan
dan memiliki tekad yang tangguh adalah bagian dari sikap pada aspek
emosional (EQ).
Aspek
spiritual atau Kecerdasan Spritual (SQ) merupakan kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau “nilai”, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan
kaya, kecerdasan untuk menilai sebuah tindakan atau jalan hidup sesorang
lebih bermakna dibandingkan dengan yang lainnya. Aspek spiritual atau
kecerdasan spiritual dapat memfungsikan aspek rasional dan emosional
secara efektif bahkan aspek ini merupakan kecerdasan tertinggi.
Ketulusan, integritas, tanpa pamrih, rendah hati, dan berorientasi pada
kebajikan sosial adalah hal yang penting dalam kehidupan dan dapat
memberikan kepuasan atas suksesnya seseorang. Aspek-aspek spiritual ini
tidak hanya membuat seseorang sukses, tetapi juga bahagia.
Dari
ketiga komponen anatomis yang membentuk fungsi rasional, emosional dan
spiritual, membentuk konsep baru mengenai kecerdasan. Menurut Howard
Gardner, dalam teori Multiple Intelligences (kecerdasan majemuk)
terdapat delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yaitu
linguistik, matematik, spasial, kinestetis, musik, antar pribadi,
interpribadi dan kecerdasan naturalis. Kesemua potensi ini berbeda
kadarnya pada setiap orang, contohnya : Eko Supriyanto (penari latar)
dan Mike Tyson memiliki kecerdasan kinestetis; seorang politikus
memiliki kecerdasan antarpribadi (people smart); Amin Rais memiliki
kecerdasan linguistic; Theodore John Kaczynski dengan kecerdasan
matematik; seorang Jalaluddin Rakhmat, memiliki 4 (empat) dari delapan
kecerdasan manusia yang tinggi, tetapi kecerdasan matematik dan
spasialnya biasa-biasa saja.
Di
Indonesia, pada umumnya kecerdasan manusia dibatasi pada dua kecerdasan
saja yaitu matematik dan spasial, sehingga penghargaanpun masih
ditujukan pada satu atau dua kecerdasan tersebut. Tapi bagaimana
mengoptimalkan seluruh fungsi otak?, ahli syaraf Indonesia, Prof.
Sidiarto Kusumoputro menemukan teknik pelatihan untuk mengoptimalkan
otak, yaitu dengan pelatihan KISS ME, Neurobics, dan Brain Gym. KISS ME
terdiri dari kreatifitas, imajinasi, sosialisasi, spiritual, musik dan
emosi. KISS ME akan membangunkan benda spektakuler (otak) yang masih
tidur.
(Referensi : Taufik
Fasiak dalam Revolusi IQ/EQ/SQ; Ary Ginanjar Agustian dalam ESQ;
Asianbrain.com dalam Otak; nursyifa.hypermart.net dalam Teknologi Otak
Manusia; nuritaputranti.wordpress.com dalam Kecerdasan Majemuk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi Anda yang punya saran/kritik, silakan menuliskannya di sini dengan catatan tdk berbau SARA dan ejekan.